Definisi: Distribusi Frekuensi
adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau nilai data yang sudah
dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang disertai dengan nilai
frekuensi yang sesuai.
Hasil pengukuran yang kita peroleh
disebut dengan data mentah. Besarnya hasil pengukuran yang kita peroleh
biasanya bervariasi. Apabila kita perhatikan data mentah tersebut, sangatlah
sulit bagi kita untuk menarik kesimpulan yang berarti. Data mentah tersebut
perlu di olah terlebih dahulu sehingga kita bisa memperoleh gambaran yang baik
mengenai data tersebut.
Pada bahasan kali ini, smartstat
akan menguraikan mengenai pengertian distribusi frekuensi yang disertai
dengan contoh dan Teknik Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi. Selain
itu, akan dibahas juga mengenai Distribusi Frekuensi Relatif dan Distribusi
Frekuensi kumulatif, Histogram, Poligon Frekuensi, dan Ogive.
Pada saat kita dihadapkan pada
sekumpulan data yang banyak, seringkali membantu untuk mengatur dan merangkum
data tersebut dengan membuat tabel yang berisi daftar nilai data yang mungkin
berbeda (baik secara individu atau berdasarkan pengelompokkan) bersama dengan
frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali nilai-nilai tersebut terjadi.
Daftar sebaran nilai data tersebut dinamakan dengan Daftar Frekuensi atau
Sebaran Frekuensi (Distribusi Frekuensi).
Dengan demikian, distribusi
frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau nilai
data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang
disertai dengan nilai frekuensi yang sesuai.
Pengelompokkan data ke dalam
beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri penting data tersebut dapat segera
terlihat. Distribusi frekuensi ini akan memberikan gambaran yang khas
tentang bagaimana keragaman data. Sifat keragaman data sangat penting untuk
diketahui, karena dalam pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita harus
selalu memperhatikan sifat dari keragaman data. Tanpa memperhatikan sifat
keragaman data, penarikan suatu kesimpulan pada umumnya tidaklah sah.
Sebagai contoh, perhatikan contoh
data pada Tabel 1. Tabel tersebut adalah daftar nilai ujian Matakuliah
Statistik dari 80 Mahasiswa (Sudjana, 19xx).
Tabel 1. Daftar Nilai Ujian
Matakuliah Statistik
79
|
49
|
48
|
74
|
81
|
98
|
87
|
80
|
80
|
84
|
90
|
70
|
91
|
93
|
82
|
78
|
70
|
71
|
92
|
38
|
56
|
81
|
74
|
73
|
68
|
72
|
85
|
51
|
65
|
93
|
83
|
86
|
90
|
35
|
83
|
73
|
74
|
43
|
86
|
88
|
92
|
93
|
76
|
71
|
90
|
72
|
67
|
75
|
80
|
91
|
61
|
72
|
97
|
91
|
88
|
81
|
70
|
74
|
99
|
95
|
80
|
59
|
71
|
77
|
63
|
60
|
83
|
82
|
60
|
67
|
89
|
63
|
76
|
63
|
88
|
70
|
66
|
88
|
79
|
75
|
Sangatlah sulit untuk menarik suatu
kesimpulan dari daftar data tersebut. Secara sepintas, kita belum bisa
menentukan berapa nilai ujian terkecil atau terbesar. Demikian pula, kita belum
bisa mengetahui dengan tepat, berapa nilai ujian yang paling banyak atau berapa
banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai tertentu. Dengan demikian, kita harus
mengolah data tersebut terlebih dulu agar dapat memberikan gambaran atau
keterangan yang lebih baik.
Bandingkan dengan tabel yang sudah
disusun dalam bentuk daftar/distribusi frekuensi (Tabel 2a dan Tabel
2b). Tabel 2a merupakan distribusi frekuensi dari data tunggal
dan Tabel 2b merupakan daftar frekuensi yang disusun dari data yang
sudah di kelompokkan pada kelas yang sesuai dengan selangnya. Kita bisa
memperoleh beberapa informasi atau karakteristik dari data nilai ujian
mahasiswa.
Tabel 2a.
No
|
Nilai Ujian
|
Frekuensi
|
xi
|
fi
|
|
1
|
35
|
1
|
2
|
36
|
0
|
3
|
37
|
0
|
4
|
38
|
1
|
:
|
:
|
:
|
16
|
70
|
4
|
17
|
71
|
3
|
:
|
:
|
1
|
42
|
98
|
1
|
43
|
99
|
1
|
Total
|
80
|
Pada Tabel 2a, kita bisa mengetahui
bahwa ada 80 mahasiswa yang mengikuti ujian, nilai ujian terkecil adalah 35 dan
tertinggi adalah 99. Nilai 70 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh oleh
mahasiswa, yaitu ada 4 orang, atau kita juga bisa mengatakan ada 4 mahasiswa
yang memperoleh nilai 70, tidak ada satu pun mahasiswa yang mendapatkan nilai
36, atau hanya satu orang mahasiswa yang mendapatkan nilai 35.
Tabel 2b.
Kelas ke-
|
Nilai Ujian
|
Frekuensi fi
|
1
|
31 - 40
|
2
|
2
|
41 - 50
|
3
|
3
|
51 - 60
|
5
|
4
|
61 - 70
|
13
|
5
|
71 - 80
|
24
|
6
|
81 - 90
|
21
|
7
|
91 - 100
|
12
|
Jumlah
|
80
|
Tabel 2b merupakan daftar distribusi
frekuensi dari data yang sudah dikelompokkan. Daftar ini merupakan daftar
frekuensi yang sering digunakan. Kita sering kali mengelompokkan data contoh ke
dalam selang-selang tertentu agar memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai
karakteristik dari data. Dari daftar tersebut, kita bisa mengetahui bahwa
mahasiswa yang mengikuti ujian ada 80, selang kelas nilai yang paling banyak
diperoleh oleh mahasiswa adalah sekitar 71 sampai 80, yaitu ada 24 orang, dan
seterusnya. Hanya saja perlu diingat bahwa dengan cara ini kita bisa kehilangan
identitas dari data aslinya. Sebagai contoh, kita bisa mengetahui bahwa ada 2
orang yang mendapatkan nilai antara 31 sampai 40. Meskipun demikian, kita tidak
akan tahu dengan persis, berapa nilai sebenarnya dari 2 orang mahasiswa
tersebut, apakah 31 apakah 32 atau 36 dst.
Ada beberapa istilah yang harus
dipahami terlebih dahulu dalam menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tabel 3.
Kelas ke-
|
Selang
Nilai Ujian |
Batas Kelas
|
Nilai Kelas
(xi) |
Frekuensi
(fi) |
1
|
31 - 40
|
30.5 – 40.5
|
35.5
|
2
|
2
|
41 - 50
|
40.5 – 50.5
|
45.5
|
3
|
3
|
51 - 60
|
50.5 – 60.5
|
55.5
|
5
|
4
|
61 - 70
|
60.5 – 70.5
|
65.5
|
13
|
5
|
71 - 80
|
70.5 – 80.5
|
75.5
|
24
|
6
|
81 - 90
|
80.5 – 90.5
|
85.5
|
21
|
7
|
91 - 100
|
90.5 – 100.5
|
95.5
|
12
|
Jumlah
|
80
|
Range : Selisih antara nilai tertinggi
dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range = 99 – 35 = 64
Batas bawah kelas: Nilai terkecil yang berada pada
setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 31,
41, 51, 61, …, 91)
Batas atas kelas: Nilai terbesar yang berada pada
setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas, batas bawah kelasnya adalah 40,
50, 60, …, 100)
Batas kelas (Class boundary): Nilai yang digunakan untuk
memisahkan antar kelas, tapi tanpa adanya jarak antara batas atas kelas dengan
batas bawah kelas berikutnya. Contoh: Pada kelas ke-1, batas kelas terkecilnya
yaitu 30.5 dan terbesar 40.5. Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu 40.5 dan
50.5. Nilai pada batas atas kelas ke-1 (40.5) sama dengan dan merupakan nilai
batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas selalu dinyatakan dengan
jumlah digit satu desimal lebih banyak daripada data pengamatan asalnya.
Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan yang jatuh tepat
pada batas kelasnya, sehingga menghindarkan keraguan pada kelas mana data
tersebut harus ditempatkan. Contoh: bila batas kelas di buat seperti ini:
Kelas ke-1 : 30 – 40
Kelas ke-2 : 40 – 50
:
dst.
Apabila ada nilai ujian dengan angka
40, apakah harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah kelas ke-2?
Panjang/lebar kelas (selang kelas): Selisih antara dua nilai batas
bawah kelas yang berurutan atau selisih antara dua nilai batas atas kelas yang
berurutan atau selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas bagi
kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar kelas tersebut memiliki lebar yang
sama. Contoh:
lebar kelas = 41 – 31 = 10 (selisih
antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 50 – 40 = 10 (selisih
antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 40.5 – 30.5 = 10.
(selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas pada kelas ke-1)
Nilai tengah kelas: Nilai kelas merupakan nilai tengah
dari kelas yang bersangkutan yang diperoleh dengan formula berikut: ½ (batas
atas kelas+batas bawah kelas). Nilai ini yang dijadikan pewakil dari selang
kelas tertentu untuk perhitungan analisis statistik selanjutnya. Contoh: Nilai
kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5
Banyak kelas: Sudah jelas! Pada tabel ada 7
kelas.
Frekuensi kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang
muncul pada selang kelas tertentu. Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2.
Nilai frekuensi = 2 karena pada selang antara 30.5 – 40.5, hanya ada 2 angka
yang muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.
No comments:
Post a Comment